Pada jaman purbakala setiap gunung ada penghuninya seperti si Makawalang yang mulanya mendiami sebuah gunung tetapi kemudian ia digusur keluar oleh orang yang lebih perkasa dari padanya, lalu ia mengungsi langsung ke dalam sebuah gua di kaki gunung di bawah bumi.
Gunung-gunung itu adakalanya diberi nama seturut dengan nama penghuninya, misalnya 'Soputan', 'Rumengan' dan lain sebagainya. Tetapi ada juga yang diberi nama menurut sifat atau keadaan gunung itu, sama seperti gunung Mahawu (mengeluarkan 'awu' atau 'abu'), gunung Masarang (banyak tumbuh pohon 'sarang' atau 'daun woka'), gunung Kasehe (banyak tumbuh tumbuhan kasehe), gunung Lokon (yang tertinggi dan besar sekali), dan lain sebagainya. Gunung Kelelondey dinamai demikian menurut pengertian 'kele' atau 'tamu', atau seperti 'londey' atau 'perahu'.
Gunung Lokon didiami oleh PINONTOAN dengan isterinya bernama AMBILINGAN, tetapi karena gunung itu pada mulanya tampak terbesar dan tertinggi bagaikan gunung itulah yang tertua dan yang terbesar kedudukannya di dunia ini. (Kata 'lokon' adalah sebutan kepada orang yang telah sangat tua atau teruta). Gunung itu yang tertua dan yang terbesar perwakilannya atau yang mempunyai kedudukan tertinggi disebut TOU LOKON atau TUA LOKON, atau TOU TUA yang artinya orang yang tua yang dituakan.
Dari nama Se Lokon-Telu = Tiga oknum = Tiga orang tua = Tri tunggal, dimaksudkan Karema, Toar dan Lumimuut (dalam agama atau kepercayaan orang Minahasa), berarti 'tiga orang yang tertua).
Demikian jugalah gunung itu yang didiami oleh Pinontoan dan Ambilingan, karena gunung itu yang tertinggi dan yang terbesar menurut pandangannya bagaikan seorang yang tertua dan terbesar, maka gunung itu dinamai orang LOKON artinya yang tertinggi dan yang terbesar.
Pada mulanya gunung itulha yang tertinggi dan yang terbesar di dunia, tingginya adalah sama jaraknya antara ujung setangkai atau gagang centong dengan langit. Jadi kurang lebih jarak puncak dengan langit adalah 45 cm. Gunung manakah yang dapat menyainginya?
Adapun gunung Kalabat yang didiami oleh Kalabat adalah jauh lebih rendah dari pada gunung Lokon. Karena penghuni Kalabat itu tidak puas dengan tempat kediamannya yang sangat rendah itu, iapun menginginkan supaya tempatnyalah yang menjadi tertinggi, maka datanglah ia mendapatkan suami isteri Pinontoa dan Ambilingan di gunung Lokon yang tertinggi itu lalu memintakan sebagian tanah dari gunungnya itu untuk ditambahkan pada gunung tempat tinggalnya. Pinontoan dan Ambilingan adalah orang yang sangat murah hati; mereka izinkan Kalabat mengambil sebagian tanah gunung mereka yang tinggi itu sebanyak kemampuannya. Dengan demikian datanglah Kalabat mengambil tanah dari gunung Lokon lalu diangkutnya pergi dan ditambahkannya ke atas puncak gunung tempat tinggalnya. Karena Kalabat terlalu banyak mengambil tanah dari puncak gunung lokon, menjadi rendahlah gunung itu, sebaliknya gunung Kalabat telah menjadi lebih tinggi dari gunung Lokon, bahkan gunung Kalabatlah yang menjadi yang tertinggi di dunia ini.
Pada waktu Kalabat mengambil tanah dari puncak gunung Lokon, banyak tanah tercecer sekeliling gunung, sehingga terbentuklah sekarang gugusan gunung Kasehe, Tatwiran, Empung, Tomporung dan lain-lain. Demikian riwayat gunung Kalbat menjadi tertinggi.